Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menggodok skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan bunga flat dan tenor 35 tahun, yang dijadwalkan akan dimulai sebagai pilot project pada tahun 2024.
Ali Tranghanda, Pengamat Properti dan Chief Executive Officer Indonesia Property Watch, mengemukakan bahwa skema baru ini akan membantu mengurangi beban cicilan bagi konsumen yang mengambil KPR. “Bagi konsumen, semakin lama tenornya, cicilannya akan semakin rendah,” ungkap Ali pada Selasa (9/1).
Ali menekankan bahwa untuk mendukung skema KPR bunga flat 35 tahun, perbankan perlu memiliki sumber dana pembiayaan jangka panjang. “Perbankan perlu punya sumber dana pembiayaan jangka panjang karena ada risiko fluktuasi suku bunga selama periode KPR,” katanya.
Sebelumnya, Herry Trisaputra Zuna, Dirjen Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan Kementerian PUPR, menyatakan bahwa skema KPR flat 35 tahun akan membuat KPR menjadi lebih efisien. Ia menyebutkan bahwa pilot project rencananya akan dimulai pada tahun 2024 dengan melibatkan ekosistem dan sektor swasta.
Menanggapi rencana ini, Nixon LP Napitupulu, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, melihat bahwa skema tersebut bisa menjadi solusi kemudahan bagi milenial dan generasi Z untuk memiliki rumah. Ia menyatakan dukungan penuh BTN terhadap skema ini.
Chief Economist Bank BTN, Winang Budoyo, menambahkan bahwa program KPR flat 35 tahun dapat meningkatkan permintaan karena nasabah akan memiliki cicilan yang lebih rendah. Ia menyarankan skema suku bunga berjenjang agar dapat menguntungkan nasabah dan bank. Winang mengusulkan kenaikan suku bunga secara bertahap setelah melewati periode tertentu, dengan pertimbangan bahwa kondisi ekonomi nasabah cenderung meningkat dalam jangka waktu 10 tahun.