Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait bersama Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi serta para Bupati di Jawa Barat mengadakan pertemuan untuk membahas penanggulangan kawasan permukiman dan rencana pembangunan rumah panggung di Jawa Barat.
Maruarar menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun stakeholder lainnya untuk terus mewujudkan kawasan hunian yang layak, aman, serta memiliki ketahanan terhadap bencana.
“Kami membahas kawasan permukiman yang dibangun ke depan tidak terjadi banjir seperti di Bekasi maupun wilayah lainnya. Untuk itu setiap pengembangan kawasan permukiman harus memerhatikan dampak lingkungan,” katanya.
Untuk itu setiap tindakan pelanggaran yang menyebabkan kerusakan harus ditindak. Pemerintah akan mengeluarkan regulasi yang dibutuhkan pemerintah daerah yang terkait dengan Kementerian PKP.
Setiap pihak juga harus terus mendorong kesiapan untuk antisipasi dan penaganan banjir maupun kebencanaan lainnya. Untuk itu pembangunan kawasan permukiman harus lebih tertata dan mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Tidak boleh lagi ada perumahan maupun vila yang dibangun di aliran sungai, persawahan, lahan pertanian, maupun kawasan hutan.
Selain itu dibahas juga mengenai rencana pembangunan rumah panggung berbasis corporate social responsibility (CSR) di beberapa wilayah Jawa Barat. Hal ini untuk mencontoh yang sudah dilakukan di area Muara Angke, Jakarta Utara dan selanjutnya akan diduplikasi bertahap di Subang, Karawang, dan Bekasi.
“Kami bersyukur sudah ada contoh model rumah panggung yang dibuat bersama Universitas Pertahanan di Muara Angke dan sangat bagus sekali. Semoga bisa menjadi contoh untuk pembangunan dan penataan kawasan di Jawa Barat baik di wilayah pegunungan maupun pesisir,” imbuh Maruarar.
Sementara itu Dedi Mulyadi mengatakan, ada beberapa permasalahan terkait banjir yang terjadi di wilayah Jawa Barat khususny di area hulu yang sebelumnya gunung, hutan, dan area Perkebunan telah berubah menjadi kawasan permukiman elit hingga area pariwisata.
“Kondisi itu yang akhirnya menggerus area resapan air dengan jumlah yang cukup tinggi ditambah dari sisi cuaca terjadi hujan lebat. Selain itu terdapat banyak penyempitan dan pendangkalan di bantaran sungai, pengerukan lahan persawahan dan permukiman, serta perumahan yang banyak dibangun di pinggiran sungai,” bebernya.