Perkembangan teknologi yang sangat luar biasa telah dirasakan langsung yang membuat berbagai aktivitas menjadi lebih mudah. Teknologi juga menunjukkan perkembangan peradaban manusia yang sangat luar biasa. Teknologi informasi misalnya, telah meniadakan batas-batas ataupun teritori kewilayahan karena apapun yang terjadi di suatu wilayah bisa langsung diketahui di wilayah lain.
Dilihat dari persepektif agama samawi (memiliki kitab suci), penerapan teknologi telah dilakukan sejak aktivitas manusia pertama (Nabi Adam). Saat itu Nabi Adam mengajarkan kepada anak-anaknya terkait aktivitas bercocok tanam maupun berternak untuk memenuhi pangan sehari-hari.
Kemudian dilanjutkan dengan kisah-kisah lainnya seperti Nabi Idris yang mulai mengenal teknologi tenun dan menjahit. Selanjutnya bagaimana Nabi Daud membuat baju besi, Nabi Sulaiman membuat pedang, hingga kisah Raja Zulkarnaen yang menguasai ilmu metalurgi dengan menutup celah dua gunung dengan besi dan tembaga untuk membangun benteng yang kuat.
Semua kisah ini bukan sekadar cerita yang dinukil dari kitab suci tapi menunjukkan bagaimana peradaban-peradaban itu dibangun dan berkembang. Dengan kata lain, seluruh peradaban ini sesungguhnya dari Tuhan Yang Maha Esa yang dititipkan melalui para rasul, nabi, ataupun orang-orang saleh yang dikehendaki-Nya.
Namun saat ini penjelasan ataupun teori mengenai suatu ilmu menjadi hal teknis dan dilihat sebagai salah satu cabang keilmuan biasa. Penjelasan teknis dan detail mengenai penerapan teknologi manusia terdahulu menjadi lebih sempit karena dipahami sebagai “pelajaran agama” melalui wahyu-wahyu dari tuhan kepada para nabi.
Padahal melalui kisah-kisah tadi menunjukkan bagaimana sebuah peradaban dibangun dan pentingnya bagi kita semua bertindak dan menjadi bagian dari peradaban tersebut. Dalam perspektif Agama Islam, ada Rukun Islam dan Rukun Iman yang harus dipahami dan diterapkan.
Rukun Islam misalnya, mulai dari sahadat, solat, puasa, zakat, hingga ibadah haji, hanya zakat yang terkait dengan orang lain (kewajiban setiap muslim mengeluarkan harta dengan nilai tertentu). Sisanya merupakan ibadah yang dilakukan sendiri dengan keihklasan hati masing-masing.
Begitu juga dengan Rukun Iman yang mewajibkan umat Islam percaya kepada Allah, malaikat, kitab, nabi-rasul, hari kiamat, dan ketetapan Allah (qada-qadar). Umumnya hal-hal ini diajarkan sebagai kegiatan ibadah yang berkaitan dengan hati sehingga tidak ada gerakan. Bagaimana kita mau membangun peradaban kalau ilmu agama hanya dijalankan untuk aktivitas hati?
Peradaban dunia yang terbangun hingga saat ini sesungguhnya adalah kehendak Tuhan. Kita bisa belajar dari kisah Nabi Nuh yang membangun bahtera atau perahu besar untuk ditumpangi manusia hingga hewan-hewan supaya selamat dari banjir besar. Bahtera yang dibangun Nabi Nuh merupakan contoh nyata bagaimana peradaban dibangun.
Dalam Al Quran Surat Hud Ayat 37 disebutkan, buatlah bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami. Dilanjutkan dengan Ayat 38, mulailah dia (Nuh) membuat bahtera itu. Dalam banyak penjelasan, Nabi Nuh membangun bahtera ini bukan seperti sulap atau kisah Roro Jonggrang yang membangun candi hanya semalaman.
Nabi Nuh membangun kapal besar dari kayu yang mesti ditanam terlebih dulu. Kemudian berbagai hal teknis dikerjakan mulai dari mengolah besi, melapisi kayu dengan ter supaya kedap air, hingga menggunakan berbagai material lainnya untuk membuat sebuah kapal besar yang bisa mengangkut banyak penumpang dan kargo.
Dijelaskan juga kapal Nabi Nuh memiliki lengkungan di bagian depan untuk memecah dan menerobos air. Selain itu ada banyak ruang-ruang di atasnya dengan dinding, pintu, hingga atap, dan beberapa ruang dibuat bertingkat. Ada juga ruang-ruang kecil untuk sangkar burung.
Kemudian dari perahu yang digerakkan oleh aliran air mulai menggunakan layar untuk memanfaatkan hembusan angin. Setelah itu ada dayung untuk mengarahkan jalur perahu, hingga pemberat di bagian buritan untuk keseimbangan dan mengarahkan perahu. Semuanya adalah penerapan teknologi yang sangat terkait dengan peradaban manusia.
Peradaban yang dibangun oleh Nabi Nuh merupakan bagian dari perkembangan alat transportasi untuk mengantarkan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain dengan mengarungi lautan. Selama ini kita seperti terpaku mempelajari agama tanpa melihat kalau kisah-kisah yang diterangkan itu sangat terkait dengan dunia yang kita hidup di dalamnya saat ini.
Akhirnya kita seperti abai dan tidak mengejar peradaban itu karena dianggap ilmu dunia dan mengejar dunia itu salah. Padahal, yang namanya peradaban itu telah dimulai saat Nabi Adam mengajarkan berternak dan bertani. Peradaban merupakan berpadunya antara ilmu dan teknologi (iptek) dengan ilmu agama. Wallahu a’lam bishawab.
Oleh:
Dr. Chairil Anwar Soleh, Sp.An
Dokter spesialis anestesiologi, memiliki minat besar pada perkembangan teknologi, entrepreneur, hingga teologi. Penulis beberapa buku seperti Bolehkan Ayah Berharap, Dari Serambi Masjid, Menjadi Karyawan Ihsan, Bolehkan Aku MengenalMu, dan beberapa buku lainnya. Tinggal di Jakarta.