Pengembangan sebuah kawasan yang mengintegrasikan berbagai fungsi properti dengan transportasi publik atau transit oriented development (TOD) disebut sebagai solusi pengembangan di kawasan perkotaan. Pemerintah terus mendorong pengembangan konsep ini baik ke perusahaan BUMN maupun swasta.
Di sisi lain, belum teredukasinya mayoritas masyarakat terkait konsep ini hingga banyak dijadikan gimmick marketing yang menyebut serampangan kalau proyeknya berkonsep TOD. Akhirnya gembar-gembor kawasan transit oriented development (TOD) seperti timbul-tenggelam di tengah keingintahuan maupun apatisme masyarakat.
Kenyataannya saat ini edukasi dan sosialisasi mengenai hunian di kawasan TOD masih dilakukan secara sepihak oleh pengembang sehingga konsep yang dipaparkan sangat “jualan”. Pembangunan transportasi publik LRT Jabodebek nyatanya juga tidak berdampak besar pada unit LRT City yang saat ini dipasarkan oleh salah satu anak perusahaan BUMN.
Menurut Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers Indonesia, pengembangan konsep TOD saat ini di Indonesia khususnya Jakarta maupun kota-kota besar lainnya baru sebatas jadi transportation hub dan belum menjadi sebuah kawasan TOD yang mandiri.
“Jadi konsep TOD yang saat ini baru menghubungkan satu titik ke titik yang lain sehingga kemudahan yang dihadirkan baru dari sisi transportasinya dan kebetulan hub-nya itu di-develop oleh pengembang untuk fasilitas residensial. Baru sebatas itu dan belum ada fasilitas lengkap yang menjadikan kawasan TOD-nya menjadi kawasan mandiri,” katanya.
Itu juga yang menjadikan alasan unit apartemen di kawasan TOD penyerapannya belum seperti yang diharapkan. Tentu ada banyak faktor yang membuat penjualan unit TOD itu seret, namun LRT Jabodebek yang saat ini dibangun dan rencana operasionalnya selalu molor menjadi satu hal yang membuat masyarakat apatis hingga confidence konsumen yang belum mencapai tahap itu.
Bicara unit apartemen yang dibangun di lintasan LRT Jabodebek misalnya, saat ini masyarakat belum melihat kemudahan yang ditawarkan dari kawasan TOD menjadi hal yang utama. Konsumen tetap melihat tahapan deliver hingga kualitas dari produknya dan saat ini banyak unit apartemen di kawasan TOD yang dipasarkan sudah defect bangunannya.
Di sisi lain unit apartemen yang dipasarkan disebut affordable untuk kalangan masyarakat perkotaan namun dari sisi kualitas dan delivery-nya belum bisa memuaskan. Situasi ini membuat konsep TOD dengan proyek LRT Jabodebek tidak menjadi perhatian utama karena nyatanya yang akan dilihat pertama adalah kualitas unitnya.
“Kalau saya melihat faktor-faktor seperti ini yang membuat masyarakat tidak terlalu semangat dengan unit di kawasan TOD. Belum persepsi pengembang BUMN yang membangun, kalau misalnya proyek TOD ini dikerjasamakan dengan pengembang swasta yang memang sudah pengalaman sehingga lebih bisa menjamin kualitasnya mungkin hasilnya juga bisa berbeda,” imbuhnya.