Setiap aktivitas bisnis memiliki kriteria yang harus dioptimalkan oleh perusahaan supaya produk maupun layanannya bisa diterima pasar dengan baik. Khusus untuk bisnis properti, sektor ini membutuhkan perencanaan, modal yang kuat, hingga penerapan strategi yang tepat karena yang dipasarkan bukan sekadar produk bangunan tapi pengembangan kawasan yang sifatnya jangka panjang.
Akhirnya, bisnis properti bukan sekadar membangun, memasarkan, dan melakukan serah terima (handover). Sektor ini memiliki keunikan karena digunakan untuk jangka panjang selain produknya yang bisa digunakan sebagai instrumen investasi karena value-nya yang akan terus meningkat.
PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP/Paradise Indonesia) merupakan salah satu pengembang dengan portofolio yang beragam sejak kiprah perusahaan tahun 2002 lalu. Perusahaan ini memiliki visi untuk mengembangkan ruang-ruang yang bukan hanya bagus dari aspek visual dan fungsional tapi untuk memastikan kepuasan konsumen dengan menghadirkan produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.
“Berangkat dari konsep itu kami menjadi perusahaan developer yang dikenal karena senantiasa melahirkan produk-produk visioner dengan ruang maupun kawasan yang kami kembangkan menyajikan experience unik dan mendorong orang untuk datang kembali,” ujar Siti Utami, Chief Corporate Communication Paradise Indonesia.
Kawasan yang dikembangkan harus bisa menghadirkan pengalaman dengan menjadi destinasi lifestyle yang ikonik hingga bisa membentuk interaksi sosial maupun memperkaya kominitas setempat. Konsep-konsep seperti ini yang terus diupayakan oleh Paradise Indonesia sepanjang perjalanannya ikut mewarnai sektor properti.
Berbeda dengan perusahaan developer lain yang mengandalkan pendapatan dari segmen development income, Paradise Indonesia memiliki fondasi yang kuat dari segmen pendapatan berulang (recurring income) yang mencapai 90 persen dari total pendapatan perusahaan.
Menurut President Director-CEO Paradise Indonesia Anthony Prabowo Susilo, porsi recurring income yang besar membuat gerak bisnis maupun ekspansi perusahaan bisa dijalankan lebih stabil termasuk saat situasi bisnis yang terkendala pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu. Dalam situasi itu Paradise Indonesia masih sangat aktif mengembangkan proyeknya.
“Porsi recurring income kami yang mencapai 90 persen disumbang dari hotel 48 persen, komersial 42 persen, sementara penjualan properti masih di angka 10 persen. Kami bisa menjaga okupansi rata-rata mal yang kami kelola mencapai 93 persen begitu juga dengan okupansi hotel,” bebernya.
Okupansi yang baik bisa dicapai dengan penerapan strategi matang khususnya pada tenant mix dan spesialis dari sektor apparel, fashion, aksesori, dan lainnya. Di beberapa malnya bahkan terjadi antrian tenant hingga harus diperluas seperti di 23 Paskal Extention Bandung, beachwalk Shopping Center Bali, dan lainnya.
Menengok kinerja bisnisnya, periode Q3 2024 Indonesia Paradise meraih pendapatan usaha mencapai Rp878 miliar atau tumbuh 121 persen secara tahunan. Bila dirinci, pertumbuhan hotelnya mencapai 24 persen, segmen komersial 6 persen, dan dari penjualan properti meningkat 61 persen.
Situasi ini akan dipertahankan dengan menerapkan strategi 4 M yang menjadi acuan dalam menjalankan bisnis. Pertama Middle Up, setiap produk yang dikembangkan menyasar segmen kelas menengah atas yang stabil, kedua Mid Size dengan mengerjakan proyek berskala menengah yang rata-rata luasnya 40 ribu m2, ketiga Mixed Use untuk menggabungkan ritel, hotel, dan residensial, terakhir Major Cities untuk lokasi proyek fokus di kotaa-kota utama Indonesia.
Pengembangan proyek dengan berlandaskan pada prinsip 4M juga telah menghantarkan Paradise Indonesia sukses mengelola 25 unit bisnis di delapan kota. Paradise Indonesia juga menjadi perusahaan developer yang 100 persen produknya ter-deliver. Selama kiprah bisnisnya lebih dari 20 tahun, perusahaan ini tidak memiliki track record mangkrak bahkan ada banyak proyek lain yang terkendala diambil alih Paradise Indonesia dan menjadi proyek yang sukses.