Bisnis properti merupakan salah satu sektor bisnis yang telah terbukti bisa bertahan di tengah berbagai situasi. Di tengah kondisi buruk sekalipun seperti krisis ekonomi global hingga pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu sektor ini masih bisa tetap bertahan.
Masih di situasi sulit, semester kedua tahun 2024 lalu permintaan akan rumah baru di berbagai pengembangan real estat area Jabodetabek plus Karawang masih cukup kuat dengan total unit yang terserap pasar meningkat hingga 105,8 persen dibandingkan semester pertama 2024.
Berdasarkan rilis yang Marketbeat Cushman & Wakefield, rumah menengah tetap menjadi yang paling diminati dan menyumbang hingga 27,5 persen dari total permintaan kumulatif. Kondisi ini diikuti dengan segmen menengah atas sebesar 25,2 persen yang mencerminkan fokus perusahaan pengembang sebelumnya pada pasokan untuk segmen yang lebih tinggi.
Peningkatan permintaan rumah baru itu sejalan dengan kenaikan pasokan melalui puluhan klaster baru yang didominasi segmen rumah menengah bawah dengan harga Rp700 juta-Rp1 miliar per unit dan di bawah itu dengan harga di bawah Rp700 juta. Segmen ini berkontribusi 32,5 persen dan 24,2 persen terhadap total pasokan baru sebanyak 8.782 unit.
Data lainnya, sekitar 80 persen pembeli rumah adalah dari kalangan pengguna (end users) termasuk pemilik rumah pertama dan keluarga yang butuh rumah lebih besar karena pertambahan jumlah anggota keluarganya. Selebihnya adalah investor yang membeli untuk dijual lagi dan atau disewakan.
Rata-rata tingkat penyerapan (penjualan) rumah bulanan per perumahan mencapai 26,4 unit, menurun 13,1 persen secara tahunan (yoy) namun melonjak 93,9 persen secara semesteran (half-to-half/hth).
Hal tersebut menunjukkan permintaan pasar perumahan tapak mengikuti pasokan terutama mengingat pasokan yang relatif rendah pada semester pertama karena pengembang lebih fokus menjual rumah jadi yang tidak dikenakan PPN. Nilai transaksi penjualan rata-rata bulanan per perumahan di berbagai proyek real estate di Jabodetabek pada semester dua mencapai Rp37,8 miliar.
Nilai rata-rata ini menurun 39 persen bila dibandingkan tahun lalu yang mencerminkan minat yang kian meningkat terhadap rumah menengah bawah yang harganya lebih rendah. Terkait lokasinya, Tangerang (Banten) memimpin dengan penjualan rumah rata-rata tertinggi per perumahan mencapai 37 unit/bulan, diikuti Bekasi dengan 28 unit/bulan.
Tahun ini Cushman memperkirkan pasokan rumah baru di berbagai proyek real estate di Jabodetabek relatif stabil, didorong lebih jauh oleh keputusan pemerintah untuk tidak menerapkan kenaikan PPN 12 persen.
Pengembang juga diperkirakan akan makin fokus pada rumah menengah dan menengah bawah karena pasarnya tetap menjanjikan, didukung kebijakan pemerintah, meningkatnya daya beli, dan permintaan yang terus tumbuh untuk rumah pertama.