Bukan masanya lagi bagi kebanyakan hotel untuk menjadi tempat bagi wisatawan ataupun pengunjung yang membersihkan diri serta beristirahat. Banyak wisatawan mencari penginapan untuk menambah pengalaman liburan dengan mengedepankan budaya dan adat istiadat setempat.
Situasi ini tercermin dari survei yang melibatkan lebih dari 120 ribu responden pada survei akomodasi SiteMinder’s Changing Traveller Report 2025 untuk menunjukkan langkah terbaik bagi hotel dan penyedia akomodasi lain untuk mencari cara mempertahankan dan mengembangkan bisnis.
Liburan, khususnya ke luar negeri dapat menguras banyak tabungan. Hal ini dapat memaksa wisatawan untuk pergi dan menjelajah sebanyak mungkin tempat untuk memaksimalkan setiap uang yang mereka keluarkan untuk liburan salah satunya dengan tetap tinggal di hotel.
Lebih dari separuh wisatawan yang disurvei memperkirakan akan menghabiskan “sebagian besar waktu” atau “waktu yang cukup lama” di hotel mereka pada tahun 2025, meningkat 1,5 persen dari tahun ke tahun. Untuk Indonesia, angka ini meningkat hamper 80 persen.
Keputusan ini paling banyak terlihat di kalangan wisatawan internasional dengan 29 persen berencana untuk menghabiskan sebagian besar waktu mereka di hotel dibandingkan dengan 11 persen orang yang merencanakan perjalanan domestik.
Meskipun memiliki reputasi yang lebih berjiwa petualang, generasi yang lebih muda memimpin tren ini dengan Gen Z (18-27 tahun) dan Milenial (28-43 tahun) berencana menghabiskan lebih banyak waktu di hotel mereka dibandingkan Gen X (44-59 tahun), Baby Boomers (60-78 tahun) atau Silent Generation (79-96 tahun).
Apa yang direncanakan para wisatawan dengan waktu ekstra di hotel mereka? Setelah berjam-jam terjebak di kursi pesawat yang sempit, pijatan dan lulur bisa menjadi hal yang dibutuhkan untuk bersantai. Namun begitu, layanan spa (37 persen) menduduki peringkat teratas dalam daftar keinginan wisatawan untuk pengalaman menginap di tempat wisata.
Kemudian kuliner dan mencicipi anggur (35 persen), pertunjukan live music (35 persen), dan kelas yoga atau meditasi (18 persen) juga berada di urutan atas. Selain dimanjakan dengan makanan dan hiburan, wisatawan juga menyukai pelatihan keterampilan dan pengalaman mendalam yang spesifik untuk daerah yang mereka kunjungi.
Kelas memasak tradisional (22 persen), tarian tradisional dan sesi mendongeng (16 persen), memetik buah atau berkebun (16 persen), kelas bahasa (14 persen), dan kursus ahli (13 persen) adalah beberapa penawaran menginap yang paling banyak dicari.
Mengistirahatkan pikiran dan tubuh juga penting. Mempelajari cara untuk mendapatkan tidur yang nyenyak menjadi salah satu agenda utama dengan 16 persen wisatawan mencari program peningkatan kualitas tidur.
Apa yang dicari wisatawan dalam pengalaman menginap dapat bervariasi, tergantung dari mana mereka berasal. Sebagai contoh, diantara negara yang disurvei SiteMinder menemukan wisatawan Indonesia sangat mengutamakan pertunjukan live music (51 persen), wisatawan Thailand paling tertarik dengan kuliner dan mencicipi anggur (61 persen) dan wisatawan India paling menyukai peningkatan kualitas tidur (33 persen).
Dengan meningkatnya masalah keuangan global, keterjangkauan dan kenyamanan masih menjadi prioritas utama dalam hal pilihan penginapan. Daftar hotel dan resort besar menyamai hostel dan motel hemat (18 persen) sebagai jenis penginapan yang menurut mayoritas wisatawan akan mereka pilih dalam perjalanan mendatang.
Kalangan yang lebih muda lebih cenderung mencari pilihan penginapan hemat dibandingkan dengan mereka yang berusia menengah hingga pensiun yang mungkin memiliki pendapatan yang lebih tinggi atau lebih banyak menyimpan uang di tabungan mereka.
Sebaliknya, lebih banyak Gen Z (58 persen) dan Milenial (57 persen) yang berniat untuk berbelanja lebih banyak untuk perjalanan mereka berikutnya dari pada tahun lalu dibandingkan dengan Gen X (35 persen) atau Baby Boomers (28 persen), dengan mayoritas dari dua kelompok usia yang disebut terakhir ini berencana untuk menghabiskan jumlah yang sama atau lebih sedikit untuk menginap dari pada tahun lalu.
Perbedaan ekonomi dan budaya secara umum diantara berbagai negara juga memengaruhi pencarian penginapan. Warga Australia menekankan kembali kecintaan mereka pada alam bebas dengan menjadi yang paling terbuka untuk memesan taman liburan dan tempat berkemah (11 persen).
Sementara itu wisatawan Indonesia (22 persen) lebih memilih untuk memesan hotel hemat sedangkan wisatawan Tiongkok (35 persen) dan Singapura (32 persen) paling tertarik dengan hotel berkonsep atau hotel mewah.
Wisatawan juga memprioritaskan lingkungan dalam pilihan penginapan mereka. Baik itu tempat berkemah atau resort mewah, tujuh dari sepuluh wisatawan bersedia membayar lebih mahal untuk penginapan yang ramah lingkungan. Diantara orang Indonesia, angka ini meningkat menjadi 95 persen dan menjadi yang tertinggi diantara negara lainnya.
“Terlepas dari keterbatasan anggaran, wisatawan yang sadar akan pengeluaran bersedia mengeluarkan uang untuk hal-hal yang penting dan sesuai dengan nilai-nilai mereka, termasuk membayar biaya tambahan untuk semua jenis penginapan yang ramah lingkungan,” ujar Rio Ricaro, Country Manager SiteMinder Indonesia.
Rekomendasinya, penyedia penginapan harus melihat hal ini sebagai tanda bahwa wisatawan semakin memperhatikan hal-hal yang lebih detail di luar hiburan dan fasilitas yang biasa. Fokus pada hal mendasar dengan sentuhan tambahan yang detail di setiap kamar.
Bantal dan tempat tidur (56 persen), pemandangan (53 persen), pengatur suhu (35 persen), TV dan audio (35 persen), penyediaan bak mandi (30 persen), dan tekanan air pancuran (29 persen) merupakan beberapa fitur yang paling penting bagi para turis secara umum. Yang seharusnya ditingkatkan adalah kenangan khusus dan perasaan keterikatan.
Di antara faktor-faktor yang menurut wisatawan akan mendorong mereka untuk kembali ke sebuah penginapan, banyak yang memilih momen atau pengalaman yang tak terlupakan di tempat (37 persen) seperti makanan dan minuman, layanan spa atau acara dengan orang Indonesia memimpin sebanyak 49 persen.
Hubungan yang erat dengan budaya atau komunitas lokal juga disukai, dengan 20 persen wisatawan menyebutnya sebagai faktor penting. Singkatnya, wisatawan tahun 2025 ini menginginkan hotel-hotel untuk melakukan hal-hal mendasar dengan benar sekaligus menawarkan lebih.