Bank Indonesia (BI) merilis survei uang beredar khususnya penyaluran kredit oleh perbankan untuk periode April 2025 yang mencapai Rp7.866,5 triliun. Angka ini tumbuh mencapai 8,5 persen secara tahunan (yoy) tapi lebih rendah dibandingkan periode Maret 2025 yang tumbuh sebesar 8,7 persen.
Penurunan untuk periode April disumbang oleh kredit korporasi yang turun dari 13,1 persen pada Maret 2025 menjadi 12m6 persen pada April 2025. Sementara itu untuk kredit perorangan masih stabil dan kredit lainnya seperti koperasi, yayasan, ataupun swasta yang nilainya tidak signifikan dibandingkan kredit keseluruhan meningkat dari minus 4,1 persen menjadi 2,3 persen (yoy).
Bila dirinci, jenis penggunaan kredit dari kredit modal kerja (KMK) hanya tumbuh 4,4 persen (yoy) pada April 2025 dibandingkan 6,2 persen pada Maret 2025. Pertumbuhan ini disumbang dari sektor keuangan, real estat, jasa perusahaan, dan industri pengolahan.
Selanjutnya, kredit investasi meningkat menjadi 15,3 persen (yoy) dibandingkan Maret 2025 sebesar 12,6 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh sektor pertambangan dan penggalian (mining), pengangkutan, dan sektor komunikasi.
Kredit konsumsi juga serupa dengan mengalami penurunan pertumbuhan dari 9,2 persen pada Maret 2025 menjadi 8,9 persen April 2025. Penurunan yang paling tajam terjadi pada kredit kendaraan bermotor (KKB) dari 6 persen menjadi 4,3 persen diikuti kredit pemilikan rumah (KPR) dari 8,9 persen menjadi 8,5 persen dan kredit multiguna dari 9,7 persen menjadi 9,6 persen.
Secara keseluruhan, khusus kredit properti sesungguhnya mengalami pertumbuhan dari 5,9 persen pada Maret 2025 menjadi 6,2 persen April 2025. Peningkatan penyaluran kredit properti terutama disumbang dari lonjakan kredit real estate (pembebasan dan pematangan lahan) dari 6,4 persen menjadi 8,1 persen dan kredit konstruksi dari minus 0,1 persen menjadi 0,6 persen. Untuk KPR dan KPA pertumbuhannya turun tipis dari 8,9 persen menjadi 8,5 persen.