Indonesia memiliki populasi penduduk yang besar dan berdasarkan data Kependudukan dan Pencatatn Sipil Kementerian Dalam Negeri 2025, jumlah penduduk indonesia mencapai 286,7 juta. Mayoritas populasi penduduk Indonesia merupakan kalangan anak muda khususnya milenial dan Gen Z.
Dengan anak muda mengisi lebih dari 50 persen populasi usia produktif itu, Indonesia boleh berharap akan makin cepat menapaki berbagai kemajuan dan mendorong kemajuan bangsa. Untuk mendapatkan pendorong dari bonus demografi itu tentu ada berbagai syarat, misalnya kualitas populasi usia muda yang harus memadai.
Semua pihak harus memberikan kontribusi khususnya untuk menjadikan generasi muda sebagai subyek dalam segala hal dan bukan hanya menjadi obyek atau dijadikan pasar. Anak-anak muda yang well educated harus bisa berpikir dan menerapkan ilmunya untuk merancang kehidupan dan masa depannya, bukan hanya memenuhi selera jangka pendek seperti lifestyle yang memakan biaya.
Generasi muda dengan berbagai keunikan dan potensinya harus bisa hadir menjadi pelaku utama di bidang perekonomian. Bukan hanya menyangkut perekonian, anak muda juga harus memahami berbagai permasalahan umum dan mencari paket solusi untuk memudahkan kehidupannya.
Salah satu yang kerap disorot adalah perubahan gaya hidup yang membuat anak muda tidak menjadikan hunian sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Karena itu sangat jarang dari generasi ini yang membuat rencana spesifik untuk bisa mengakses huniannya serta mengatur keuangan untuk bisa mencapainya. Di sisi lain, yang memiliki keinginan membeli rumah dihadapkan pada kesulitan akses pembiayaan.
Kerap disebut oleh kalangan pengamat perumahan terkait berbagai kendala anak muda membeli rumah. Untuk itu perlu dielaborasi dengan lebih detail apa yang dimaksud dengan kendala akses pembiayaan itu? Apakah semua perusahaan developer, perbankan, maupun pemerintah yang seperti berlomba menawarkan aneka insentif kemudahan untuk kaum muda mendapatkan hunian sudah tepat?
Teknologi informasi (TI) yang lekat dengan generasi milenial-Gen Z juga perlu mendapatkan ulasan tersendiri. Generasi muda harus terus diarahkan untuk meningkatkan potensi dan keahlian di berbagai bidang supaya bisa menangkap dan memanfaatkan berbagai peluang dari perkembangan TI yang mengubah segalanya itu.
Pengembangan berbagai aplikasi yang khas anak muda seharusnya bisa dilakukan terpadu untuk membantu memudahkan aktivitas kehidupan dan bukan menjadi aplikasi terpisah sehingga pemanfaatannya tidak optimal.
Misalnya, aplikasi untuk membandingkan harga seperti PriceArea, Telunjuk, PricePanda, PricePrice, dan lain sebagainya yang tentunya sangat menarik. Melalui berbagai aplikasi ini kita bisa membandingkan harga rumah maupun berbagai produk dan jasa lainnya. Bila ditunjang dengan sistem TI yang canggih, aplikasi pembanding harga itu bisa membuat semuanya serba transparan dan tentunya akan memudahkan penggunanya.
Selain itu ada banyak potensi pekerjaan yang bisa dikritisi dan menjadi profesi masa depan anak-anak muda. Makanya, buang jauh-jau pola pendidikan yang terlalu mengandalkan otak kiri dan membuat di masa lalu banyak anak bercita-cita menjadi dokter, insinyur, dan sejenisnya.
Saat ini dibutuhkan pendidikan yang mendorong anak muda untuk lebih mengasah otak kanannya karena berbagai pekerjaan kekinian banyak menuntut gagasan dan kreativitas yang penuh warna. itu juga yang membuat profesi seperti selegram, influencer, youtuber, maupun buzzer kian populer.
Anak muda harus aware dengan perkembangan zaman yang mendisrupsi semua hal dan bagaimana sebaiknya menghadapi hal ini.
Oleh: Chairil Anwar Soleh
Dokter Spesialis Anestesi, peminat berbagai situasi sosial kemasyarakatan, bisnis, teologi, dan penulis yang aktif untuk menyuarakan pentingnya perpaduan antara iman, ilmu, dan peradaban


