Permata Bank membukukkan kinerja bisnis positif sepanjang periode semester pertama 2025 dengan membukukan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 7,4 persen secara tahunan (year on year/yoy). Dengan peningkatan ini Permata Bank berhasil meraih laba bersih setelah pajak sebesar Rp1,6 triliun, meningkat 7,6 persen (yoy).
Menurut Direktur Utama Permata Bank Melizo M. Rusli, pencapaian ini merupakan hasil penerapan strategi bisnis yang berkesinambungan dan konsisten serta didukung oleh sinergi yang kuat dengan Bankok Bank sebagai controlling shoreholder.
“Kami mengapresiasi kinerja yang solid di semester ini yang mencerminkan kepercayaan nasabah kepada kami. Kedisiplinan dalam menjalankan strategi serta komitmen kuat dalam menjaga kualitas aset secara berkelanjutan di tengah tantangan ekonomi global hingga bisa berkinerja cukup baik,” ujarnya.
Selanjutnya Permata Bank akan terus melanjutkan bisnis secara pruden dan memerkuat fondasi pertumbuhan jangka panjang melalui inovasi, efisiensi operasional, dan sinergi bersama Bangkok Bank.
Dalam penyaluran kredit selain menerapkan prinsip kehati-hatian dan disiplin optimalisasi neraca. Loan-to-deposit ratio (LDR) tercatat optimal di level 85,6 persen lebih tinggi dibandingkan semester pertama 2024 yang berada di level 78,2 persen. Total aset mencapai Rp264,2 triliun atau meningkat 2,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu simpanan nasabah terjaga baik sebesar Rp189,3 triliun yang mendorong oleh pertumbuhan CASA sebesar 9,9 persen. Rasio CASA meningkat dari level 56,3 persen di Juni 2024 menjadi 62,7 persen di Juni 2025. Permata Bank berhasil membukukan rasio cost to income (CIR) lebih efisien menjadi 48,5 persen dibandingkan akhir Juni 2024 sebesar 49,6 persen
Penyaluran kredit terus tumbuh dengan kualitas kredit yang semakin baik pada semester pertama 2025. Penyaluran kredit tumbuh 7,4 persen (yoy) menjadi Rp162,6 triliun dibandingkan semester pertama 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan kredit dari segmen korporasi dan komersial 9,3 persen menjadi Rp97,1 triliun, konsumen tumbuh 1,7 persen menjadi Rp44,1 triliun.
“Struktur likuiditas yang terjaga sehat ini bisa mendukung strategi prioritas bank akan semakin optimal. Kami akan terus menjaga struktur likuiditas yang sehat sesuai ketentuan regulasi untuk pertumbuhan bisnis yang lebih baik di masa depan,” imbuh Meliza.