Pencahayaan merupakan salah satu elemen penting untuk menciptakan ambience dan meningkatkan fungsionalitas suatu ruangan. Bukan sekadar produk lampu, pencahayaan juga bertransformasi menjadi elemen integral dalam desain arsitektur sebagai bagian esensial dari narasi desain sejak tahap konsepsi.
Kondisi ini selaras dengan konsep ‘Beyond Illumination’ yang diusung produsen lampu in-Lite LED, yang menekankan bahwa pencahayaan bukan hanya berfungsi sebagai penerangan tetapi juga mampu menghidupkan ruang, membentuk struktur, dan menciptakan cerita. konsep ini juga yang mendasari partisipasi in-Lite di ajang ARCH:ID di ICE BSD City.
Pada perhelatan kali ini in-Lite menghadirkan pavilion bertajuk ‘A Glowing Light Box’ yang dirancang secara eksklusif oleh Pavilion95 dan Insignio Studio. Terletak di Hall 6 No. 079 area ‘Jembatan Khatulistiwa’, pavilion ini menempati salah satu titik strategis dalam ajang tersebut serta terkoneksi langsung dengan jembatan.
General Manager Marketing in-Lite Fransiska Darmawan mengatakan, dirinya selalu merasa terinspirasi oleh karya-karya arsitektur dan kalangan arsitek maupun desainer selalu berusaha menciptakan bangunan yang bukan hanya fungsional tetapi juga sarat dengan makna dan karakter yang menjadikannya unik.
“Di sinilah pencahayaan memainkan peran penting sebagai bagian yang tak terpisahkan dari desain itu sendiri. Melalui tata pencahayaan yang tepat, bentuk dan tekstur bangunan bisa semakin menonjol dan menciptakan harmoni antara fungsi dan estetika,” katanya.
Selam aini pencahayaan kerap dipandang sebagai elemen sederhana dalam sebuah ruang. Padahal dengan keterampilan para ahli, elemen ini bisa menjadi kunci dalam menciptakan desain yang unik.
“Inilah seni di balik cahaya di mana keahlian bertemu dengan visi dan perpaduan keduanya bukan hanya menghasilkan ruang yang terang tapi juga ruang yang mampu menyampaikan cerita,” imbuhnya.
General Manager Product Development in-Lite Fery Darmawan menambahkan, ada pergeseran di mana masyarakat memandang cahaya sebagai lebih dari sekadar utilitas dan in-Lite terus berupaya menjadi yang terdepan untuk memenuhi tren maupun kebutuhan masyarakat.
“Kami melihat ada peluang signifikan di pasar desain interior dan arsitektur beberapa tahun belakangan dan untuk itu in-Lite terus mengembangkan advanced lighting features untuk memberikan kenyamanan, fleksibilitas desain, kemudahan melalui remote control, suasana yang dapat diatur sesuai mood, dan pilihan produk yang lebih berkelanjutan seperti lampu tenaga surya,” bebernya.
ARCH:ID 2025 mengusung tema sentral ‘Performative Archipelago’, sebuah pendekatan arsitektur terbuka dan inklusif yang bertujuan mengeksplorasi potensi sumber daya Indonesia melalui keberagaman dan nilai-nilai budayanya. Konsep ini sejalan dengan semangat in-Lite, merek lampu LED besutan anak negeri yang turut mengedepankan inovasi lokal.
Lighting Design Director Pavilion95 Agust Danang Ismoyo menjelaskan, pemilihan pencahayaan yang tepat berperan penting dalam menciptakan tata cahaya yang selaras dengan konsep desain, mempercantik struktur yang ada, sekaligus menambah keindahan visual.
“Teknik pencahayaan berlapis atau layered lighting menjadi salah satu metode yang dapat digunakan arsitek dan desainer untuk menciptakan atmosfer dan ambience yang diinginkan dengan mengombinasikan berbagai sumber cahaya dari sudut dan intensitas yang berbeda,” paparnya.
Pavilion in-Lite dirancang sebagai kotak cahaya yang memancarkan sinarnya ke sekeliling dan membangkitkan inspirasi. Dengan struktur ringan dan semi-transparan berbahan kain, dihadirkan lima ruanng berbeda yaitu The Chandelier, The Room, The Void, The Corridor dan The Garden untuk mengajak pengunjung merasakan pengalaman imersif yang menampilkan produk pencahayaan in-Lite melalui perspektif desain arsitektural.