Sejak penerapan insentif pajak pertambahan nilai (PPN) tahun 2021 lalu, pasar properti untuk segmen apartemen terus menunjukkan tren penjualan yang beralih ke unit eksisiting (ready stock). Harus diakui segmen ini merupakan bisnis properti yang kinerjanya belum menggembirakan.
Berdasarkan data Colliers Indonesia, untuk serapan penjualan unit apartemen pada tahun 2024 lalu hanya separuh atau 50 persen dari yang berhasil dibukukan tahun 2023 atau take up rate berada di 87,8 persen. Di sisi lain, perpanjangan insentif yang terus dilakukan berulang bisa membawa efek yang signifikan untuk penjualan atau take up rate tahun 2025.
“Dari sisi harga, unit apartemen di Jakarta masih mencatatkan sedikit kenaikan berkisar 0,1 persen secara kuartalan (QoQ) sehingga harga rata-rata menjadi Rp35,7 juta/m2. Kenaikan harga apartemen paling tinggi berada di wilayah Jakarta Selatan sebesar 0,2 persen hingga 0,5 persen (QoQ),” ujar Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia.
Kenaikan harga apartemen diperkirakan masih akan naik mencapai 1-2 persen hingga tahun 2027. Saat ini ada lima apartemen dengan total 3.232 unit yang rampung dan menambah suplai di pasar, lokasinya terbanyak dari area CBD. Dengan tambahan ini total suplai naik 1,4 persen (QoQ) atau 1,8 persen secara tahunan (YoY) menjadi 230.047 unit.
Data lainnya, ada 23 persen dari total pasok tersebut yang seharusnya selesai pada tahun 2024 namun tertunda hingga tahun 2025. Pasokan tahunan menjadi 26 persen lebih rendah dibandingkan tahun 2023. Diperkirakan ada 14 proyek dengan total 5.569 unit yang akan rampung hingga tahun 2027.
“Untuk 14 proyek apartemen ini 76 persennya berasal dari Jakarta selatan dan 43 persen menyasar segmen kelas menengah. Minimnya jumlah proyek yang di-launching selama ini berkorelasi dengan banyaknya inventory unit apartemen yang belum terjual,” imbuh Ferry.