Selain berdampak pada kesehatan, polusi udara juga telah menjadi ancaman serius untuk kualitas hidup dan ekonomi di Indonesia. Studi yang dilakukan oleh ITB, IIASA, dan Kementerian Kesehatan memperkirakan, jika tidak ada tindakan lebih lanjut untuk mengatasi polusi udara maka biaya kesehatan yang ditimbulkan bisa mencapai 1,6 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau sekitar 27 miliar dollar per tahun pada tahun 2023.
Karena itu inisiatif maupun kontribusi dari semua pihak sangat diperlukan untuk terus mendorong awareness terkait permasalahan besar ini. Saat diskusi bertajuk “Aksi Kolektif untuk Mengatasi Polusi Udara” yang diselenggarakan Systemiq dan Bicara Udara pada event Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 menghasilkan sejumlah rekomendasi dari para pakar.
Para pakar yang menyoroti antara lain Director Air Quality Life Index (AQLI) dari Energy Policy Institute University of Chicago Tanushree Ganguly, Principal Scientist and Air Quality Lead at Qatar Environment and Energy Research Institute (QEERI) at Hamad Bin Khalifa University Karma Yangzom, Principal Environment Specialist di Asia Development Bank, serta US Embassy Fellor on air quality policy Ellen C. Schmitt.
Beberapa rujukan dikeluarkan untuk penanganan maupun antisipasi polusi antara lain:
Kebijakan berbasis data dan sains
Data yang akurat, komprehensif, dan terintegrasi sangat penting untuk mengidentifikasi sumber polusi serta merumuskan kebijakan dan langkah-langkah mitigasi yang paling efektif dalam pengendalian udara bersih. Selain itu sains berperan sebagai alat utama dalam menyusun kebijakan yang tepat.
Untuk memastikan kualitas udara di Indonesia yang sejalan dengan rekomendasi kesehatan global, diperlukan basis data yang akurat dengan tolak ukur berdasarkan standar nasional dan internasional serta pedoman kesehatan yang mencakup kuantifikasi dampak polusi.
Aksi kolektif untuk masa depan
Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil menjadi kunci dalam mempercepat implementasi solusi untuk mengurangi polusi udara. Masalah ini harus ditangani secara bersama-sama melalui pembentukan koalisi yang kuat di antara semua pemangku kepentingan untuk mempercepat tindakan mitigasi dan mencapai hasil yang berkelanjutan.
Mobilisasi pendanaan untuk pengendalian polusi
Pendanaan dari sektor publik, swasta, serta bank pembangunan multilateral memainkan peran yang sangat krusial dalam mendukung investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas udara di kawasan Asia dan Pasifik.
Sebagai langkah konkret, Systemiq akan meluncurkan white paper bersama Kemenkomarves dan didukung oleh ClimateWorks Foundation akhir tahun ini berjudul ‘Better Air, Better Indonesia: The Economic and Political Case for Urgent And Coordinated Action For Indonesia’s Clean Air’ yang diharapkan dapat menjadi panduan oleh pemerintahan yang baru dalam menetapkan kebijakan pengendalian polusi udara.
Dalam kesempatan yang sama, Bicara Udara memperkuat pandangan ini dengan menekankan pentingnya integrasi data dan inventarisasi sumber emisi. Saat ini, inventarisasi sumber emisi baru dilakukan di Jakarta, padahal polusi udara bersifat lintas batas dan mempengaruhi kawasan aglomerasi Jakarta yang meliputi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur). Kondisi ini mendorong perlunya proyek percontohan untuk inventarisasi sumber emisi di kawasan tersebut.