TOD Forum 2025 merupakan ajang tahunan bagian dari TOD Fair yang pada tahun ini diselenggarakan di Museum Mandiri, kawasan Kota Tua Jakarta. Event ini diadakan oleh PT MRT Jakarta (Perseroda) untuk menjadi ruang dialog strategis bagi berbagai pemangku kepentingan untuk membahas pengembangan kawasan transit oriented development (TOD).
Forum ini menghadirkan perwakilan pemerintah, akademisi, pengembang, komunitas, serta mitra internasional untuk mengeksplorasi bagaimana kreativitas dan kolaborasi lintas sektor dapat mendorong pembangunan kawasan bersejarah yang adaptif, inklusif, dan berkelanjutan.
Acara ini juga menjadi bagian penting dari visi Jakarta menuju usia ke-500 tahun yang menempatkan warisan sejarah sebagai landasan dalam membangun kota masa depan. Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar mengatakan, pelestarian budaya merupakan bagian penting dari pembangunan ekonomi kreatif nasional dan kita harus melihat budaya sebagai source code dari ekonomi kreatif bangsa, fondasi tempat ide dan inovasi lahir.
“Ketika kita melestarikan budaya, kita sesungguhnya sedang berinvestasi pada modal kreatif masa depan. Melalui kreativitas, kita dapat menghidupkan kembali kawasan bersejarah seperti Kota Tua, bukan sebagai museum yang diam tetapi sebagai pusat kehidupan dan inovasi yang dinamis,” ujarnya.
Senada dengan Irene, Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno menegaskan, kalau pembangunan kota tidak boleh mengorbankan identitas, sejarah, maupun berbagai nilai budaya yang melekat di dalamnya.
“Keberadaan proyek MRT di kawasan Kotatua membuktikan bahwa kemajuan dan pelestarian dapat berjalan seiring. Perpanjangan jalur MRT Utara-Selatan menuju kawasan Kotatua ini bukan hanya persoalan mobilitas tapi juga simbol bahwa masa depan dapat tiba di tempat-tempat yang dahulu menjadi titik bersejarah,” katanya.
Sementara itu Direktur Utama PT MRT Jakarta Tuhiyat menjelaskan, dengan progres konstruksi Fase 2 yang telah mencapai 52,27 persen, proyek ini akan memperluas layanan transportasi publik sekaligus membuka peluang integrasi dengan kawasan Kotatua melalui konsep tata ruang yang mendukung konektivitas pejalan kaki dan transportasi ramah lingkungan.
“MRT Jakarta ingin memastikan pembangunan infrastruktur bisa sejalan dengan pelestarian warisan budaya. Melalui TOD Forum ini kami mendorong kolaborasi untuk mewujudkan kota yang modern dan tetap menghormati sejarahnya,” pungkasnya.
Melalui pendekatan ini, MRT Jakarta menargetkan kawasan Kotatua sebagai distrik yang terintegrasi, mudah diakses, dan berdaya saing ekonomi dengan tetap mempertahankan nilai sejarah dan karakter arsitekturnya.
Hal ini diwujudkan melalui revitalisasi koridor utama seperti Jalan Pintu Besar Selatan dan kawasan Beos Plaza sebagai pedestrian spine, penerapan konsep adaptive reuse untuk bangunan cagar budaya, serta pemanfaatan mekanisme inovatif seperti Transfer of Development Rights (TDR) dan Land Value Capture (LVC) untuk mendukung pembiayaan konservasi dan pengembangan kawasan.
Pada forum ini juga diserahkan hasil riset TOD Kotatua yang dilakukan oleh Pemerintah Inggris melalui Kedutaan Besar Britania Raya di Jakarta. Kajian tersebut merupakan bagian dari Program Green Cities, Infrastructure and Energy (GCIEP) yang menilai potensi ekonomi dan pembiayaan pengembangan TOD Kota Tua.
“Kami bangga dapat mendukung MRT Jakarta dalam mewujudkan pengembangan kota yang berkelanjutan dan inklusif. Melalui riset ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengambilan keputusan dan investasi ke depan,” imbuh Peter Rajadiston, Minister-Counsellor (Development) Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia.
Melalui event TOD Forum 2025 diharapkan dapat memperluas pemahaman publik mengenai pentingnya integrasi antara mobilitas, budaya, dan keberlanjutan lingkungan. Event ini juga dijadikan MRT Jakarta untuk terus memperkuat perannya sebagai katalis transformasi perkotaan yang menghubungkan mobilitas, budaya, dan keberlanjutan.


