Menurut Dirjen Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Iwan Suprijanto, potensi pemanfaatan material kayu dan bambu rekayasa untuk bangunan gedung dan hunian sangat besar sehingga memiliki peluang penggunaan hingga bisnis yang sangat baik.
“Adanya ketersediaan material kayu dan bambu di Indonesia yang melimpah menjadi salah satu peluang yang harus dikembangkan sebagai hilirisasi produk dalam program penyediaan hunian layak baik rumah tapak (landed house) maupun vertikal (rumah susun),” ujarnya saat membuka seminar bertemaka Pemanfataan Material Kayu dan Bambu Rekayasa Untuk Bangunan Gedung dan Hunian di Jakarta beberapa waktu lalu.
Terkait material kayu maupun bambu rekayasa ini Kementerian PUPR selama ini juga telah melakukan riset dan penelitian terkait pemanfaatan kayu dan bambu untuk berbagai pembangunan proyek infrastruktur. Ke depan tentunya tidak menutup kemungkinan akan semakin berkembangnya teknologi dan standarisasi material tersebut untuk bisa digunakan pada berbagai fungsi bangunan.
Material alternatif dari sumber yang sangat kaya dan beragam ini juga perlu dioptimalkan sebagai bentuk dukungan terkait isu lingkungan. Pemanfaatan material berbasis bio atau bio-based material seperti kayu dan bambu memiliki emisi karbon terendah bila dibandingkan jenis material lain yang berbasis geo-based material seperti batu, pasir, bata, semen, maupun logam yang secara signifikan berkontribusi pada emisi gas rumah kaca.
Material ini menjadikan kayu dan bambu sebagai alternatif bahan bangunan yang berpotensi sebagai substitusi beton dan baja baik untuk struktural maupun non struktural bangunan rumah dan gedung. Perkembangan riset yang ada dan peran strategis Indonesia di teknologi ini bisa mewujudkan mimpi karya dari “pendekar-pendekar” kayu dan bambu yang luar biasa berujung pada hilirisasi bangunan dan gedung dimana tantangannya adalah membangun gedung high rise dari kayu dan bambu.
Untuk mewujudkan ini setidaknya ada tiga tahapan penting yang harus diperhatikan yaitu budi daya dari bambu dan kayu untuk menjaga ketersediaan bahan material bangunan. Kedua, pemanfaatan teknologi agar material kayu dan bambu rekayasa bisa dijadikan balok, kolom, parket lantai, peralatan rumah tangga, sepeda, meja dan kursi serta pengembangan teknologi perekatan dan perlindungan terhadap rayap, pengawetan dan proteksi dari bencana kebakaran. Ketiga adalah mewujudkan potensi bambu dan kayu dengan dikolaborasikan dengan teknologi modular volumetric.
“Untuk mewujudkan hal ini kami akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menggunakan material kayu dan bambu rekayasa yang digunakan pada bangunan dan gedung di IKN dengan menggabungkan struktur baja beton. Material tersebut bisa untuk bagian interior wall panel, parket lantai, ceiling, furnitur, hingga peralatan makan dari kayu dan bambu,” pungkas Iwan.