Setiap bisnis memiliki keunikan maupun karakteristiknya masing-masing dan sektor properti dianggap merupakan salah satu instrumen investasi yang menguntungkan. Banyak orang menyukai properti untuk dijadikan instrumen investasi karena kenaikan harganya yang pasti minimal setara atau di atas inflasi.
Produk properti untuk investasi juga ada banyak ragamnya, salah satunya adalah berinvestasi dengan memberil unit kondominium hotel (kondotel) untuk mendapatkan imbal hasil dari sewa unit kamar yang kita miliki. Yang harus dipahami, unit kondotel yang kita beli murni sebagai obyek investasi sehingga kita tidak bisa menempati unit tersebut semaunya.
Dengan berinvestasi pada unit kamar kondotel, kita hanya mendapatkan imbal sewa yang dibagi bersama operator pengelola selain kenaikan harga dari unit kondotelnya. Hanya saja kita harus memahami kondisi pasar hotel bila memutuskan untuk membeli dan berinvestasi pada jenis kondotel.
“Faktor utama yang harus menjadi pertimbangan ketika membeli unit kondotel adalah properti jenis ini sangat terkait dengan bisnis hotel. Makanya kita harus paham kawasan sekitar lokasi kondotel yang akan dibeli, kalau bisnis hotelnya sudah menurun dipastikann kita akan menerima return yang rendah juga,” ujar Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW).
Ali juga mengingatkan kondisi saat ini di mana perekonomian tengah melemah dan penawaran kondotel cukup menjamur. Artinya, sebagai calon investor kita harus ekstra hati-hati memilih proyek kondotel yang akan kita beli. Selain memerhatikan siapa pengembang yang membangun, untuk kondotel harus diperhatikan juga siapa operator yang akan mengelola hotelnya.
Khusus untuk segmen ini memang agak jlimet dan membutuhkan pemahaman yang cukup. Terlebih ada cukyp banyak pengembang yang tidak bisa me-maintenance proyeknya sehingga nilai unit propertinya justru semakin turun.
Hal lain yang perlu diingat, kalau bisnis hotel merupakan bisnis jangka panjang sehingga dalam memutuskan untuk membeli kondotel harus memiliki visi mengenai prospek bisnis hotel ke depannya. Jadi harus diperhatikan siklus kenaikan dan penurunan bisnis hotel, saat di mana hotel perang tarif, pasar sepi, ini biasanya faktor musiman, makanya kita harus cermat melihat potensi dan kondisi pasar.
Situasi saat ini bisnis kondotel masih sangat berat dan ini bukan semata-mata karena bisnis hotel yang tidak lagi menguntungkan namun lebih karena kondisi pasar yang jenuh. Banyak pengembang yang membangun kondotel sementara konsumen investornya kian terbatas khususnya karena faktor perlambatan ekonomi maupun lainnya.
“Situasi saat ini pengembang tidak bisa lagi menjalankan bisnis as usual tapi harus lebih kreatif dan inovatif. Harus berpikir keras untuk mengubah strategi bisnisnya dan berinovasi sebagai bagian dari transformasi sebuah kondotel menjadi bentuk yang lebih marketable,” beber Ali.