Pengembangan sebuah proyek properti bukan sekadar membangun hunian beserta fasilitasnya tapi ada banyak hal yang harus dikembangkan untuk menjamin kawasannya tetap nyaman dihuni untuk jangka waktu panjang. Karena itu dibutuhkan perencanaan yang matang hingga konsep pengembangan yang sustainable.
Terlebih lagi untuk pengembangan sebuah kawasan yang luas berkonsep kota mandiri ataupun township. Konsep ini juga telah menjadi tren dengan penekanan sebuah kawasan yang terintegrasi sehingga memudahkan masyarakat terkait hunian, aktivitas bisnis, komersial, lifestyle, dan lainnya.
Makanya pengembangan kawasan kota mandiri yang terintegrasi menjadi tren yang terus berkembang di industri properti. Animo masyarakat akan hunian maupun lifestyle yang nyaman dan praktis membuat pengembangan berbagai proyek properti harus beradaptasi dengan fokus yang serba praktis dan kemudahan mengakses berbagai sarana yang dibutuhkan.
Menurut Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga, perusahaan developer harus memerhatikan aspek ini karena pengembangan kota modern telah menjadi isu global yang harus direspon dan bisa menjawab tuntutan visi masa depan sebuah pengembangan jangka panjang.
“Infrastruktur telah membuat konektivitas maupun aksesibilitas menjadi semakin mudah dan tantangan pengembangan perkotaan saat ini salah satunya harus saling terintegrasi atau city within a city. Konsep ini membutuhkan penyediaan fasilitas publik yang dibutuhkan dan harus dengan visi masa depan yang jangka panjang,” ujarnya.
Karena itu sebuah kawasan perkotaan harus memiliki daya tarik kekinian dengan aplikasi modern, canggih, digital, namun ramah lingkungan. Menyebut kawasan Gading Serpong (1.200 hektar) yang dikembangkan Paramount Land misalnya, menurut Nirwono kawasannya merupakan bagian dari 3T (Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan) yang telah menjadi magnet baru di barat Jakarta.
Akses yang mudah ke Bandara Soekarno Hatta maupun ke seluruh kawasan Jabodetabek ditunjang dengan adanya tol Jakarta-Merak, tol Serpong-Balaraja, hingga tol lingkar luar (JORR 3) yang akan menyambungkan koridor barat dengan koridor timur yang melewati Gading Serpong.
“Kedua koridor ini juga akan terhubung dengan MRT fase west-east sehingga ke depan pasar 3T ini akan semakin berkembang. Jadi kalangan pengembang harus menentukan diferensiasi apa yang akan menjadi daya tarik kuat kawasannya dan Gading Serpong ini bisa menjadi gambaran hingga laboratorium hidup karena kelengkapan yang sudahh terbentuk,” jelasnya.
Menurut Presiden Direktur Paramount Land M. Nawawi, tren yang terus berkembang khususnya untuk segmen ritel maupun komersial tengah berfokus pada komunitas dan mixed use dan itulah yang terus diwujudkan di kawasan Gading Serpong yang saat ini telah memiliki populasi lebih dari 120 ribu jiwa (belum termasuk komuter).
“Integrasi ruang hunian, komersial, hingga hiburan terus kami hadirkan melalui konsep green dengan spot-spot yang nyaman. Itu yang membuat kawasan Gading Serpong teruus bertumbuh menjadi kota favorit untuk tinggal, berbisnis, maupun investasi dengan basis ekonomi industri kreatif, perdagangan, dan jasa yang kuat,” katanya.
Terkini, Paramount Land menghadirkan Pasaden Central District (40 hektar) untuk meneruskan kesuksesan Manhattan District (22 hektar). Proyek baru berkonsep City within a City ini merupakan distrik selengkap kota yang dekat dengan hunian yang untuk memenuhi seluruh kebutuhan bisa ditempuh dalam waktu 10-15 menit.
“Pasadena Central District ini merupakan kawasan terpadu yang inovatif, modern, dan terpadu untuk menjadi magnet baru di sisi selatan Gading Serpong dengan jalan tembus ke BSD City. Kami menghadirkan lima konsep yang saling terintegrasi antara shophouse, studio loft, residensial, kaveling komersial, dan green spine (Pasadena Walk),” imbuh Norman Daulay, Direktur Paramount Land.